Mengenal Dinar dan Dirham
Julius Ceasar, kaisar Romawi, telah memperkenalkan dan menggunakan uang emas dan perak sebagai alat transaksi | PT Solid Gold Berjangka Cabang Makassar

Standar atau kadar nilai tukar dinar dan dirham jauh lebih tinggi dibandingkan mata uang lain yang bahan dasarnya bukan emas dan perak. Tingginya nilai konversi dinar dan dirham pada mata uang lain yang berbahan dasar bukan emas dan perak menunjukkan tingginya 'nilai jenis bahan' yang terdapat pada dinar dan dirham. Artinya, mata uang apa pun, apabila bahan dasarnya bukan emas dan perak, nilainya lebih rendah.
Pertanyaannya, mengapa kini sedikit sekali orang yang mau menggunakan uang dinar dan dirham yang bahan dasarnya dari emas dan perak ini? ''Karena, mereka tidak mengetahui kelebihan dan keunggulan koin dinar dan dirham,'' tegas Direktur Wakala Induk Nusantara, Zaim Saidi.
Selanjutnya, pada era pemerintahan Islam, sejak masa Rasulullah SAW, Khulafaurrasyidin, hingga masa kekhalifahan Islam, sebagian umat Islam sudah menggunakan mata uang berbahan emas dan perak sebagai alat tukar dan transaksi dalam melakukan perdagangan (jual beli) dengan pihak lain.
Karena itu, tak heran bila pada masa Umar bin Khattab sudah muncul percetakan mata uang berbahan emas dan perak yang selanjutnya dikenal dengan nama dinar dan dirham.
Keberadaan uang (koin) dinar dan dirham ini makin berkembang hingga masa kekhalifahan Islam, seperti masa Dinasti Umayyah, Abbasiyah, Fatimiyah, Otthoman, hingga ke daratan Andalusia (Spanyol).
Julius Ceasar, kaisar Romawi, telah memperkenalkan dan menggunakan uang emas dan perak sebagai alat transaksi pada sekitar tahun 46 SM kendati masih dalam bentuk yang sangat sederhana. Dan, Julius Caesar juga memperkenalkan pula standar konversi dari uang emas ke uang perak. Hal ini dengan perbandingan 12 : 1 untuk perak. Artinya, satu koin emas nilainya sama dengan 12 koin perak.
Sementara itu, bila dilihat dari peristiwa yang ada ataupun sumber-sumber sejarah, koin perak telah digunakan kira-kira pada abad ke-18 (1800) SM. Penggunaan ini dilakukan oleh Nabi Yusuf AS. Hal ini diterangkan dalam Alquran surah Yusuf ayat 20. Dalam ayat tersebut, tercantum kata darahima ma'dudatin yang bermakna beberapa keping perak. Ini menunjukkan bahwa penggunaan keping perak sudah ada sejak zaman dahulu.
Keberadaan mata uang dinar (koin emas) dan dirham (perak), bagi sebagian orang, mungkin tak banyak diketahui. Hal ini tentunya wajar. Hal ini mengingat sebagian besar penduduk dunia sangat akrab dengan mata uang berbentuk kertas.
Padahal, puluhan abad silam, bahkan sebelum datangnya Islam, berbagai negara dan pemerintahan di belahan dunia telah menggunakan mata uang koin dalam bentuk kepingan emas atau perak. Tidak diketahui secara pasti, koin mana yang lebih dulu dipergunakan pada era sebelum masehi, koin perak atau emas.
Keunggulan Dinar Emas | PT Solid Gold Berjangka Cabang Makassar
Sementara itu, jika dikaitkan dengan laju inflasi dan stabilitas harga bahan kebutuhan pokok, menurut Zaim, dinar emas tidak mengenal inflasi. Ini berdampak pada harga jual bahan kebutuhan pokok yang cenderung stabil.
Hal ini sudah dibuktikan sejak zaman Rasulullah SAW hingga kini, di mana harga jual bahan kebutuhan pokok cenderung stabil jika mengacu kepada nilai tukar emas dan perak.
Namun, dari sekian banyak macam alat tukar, emas dan perak memiliki banyak keunggulan dibandingkan alat tukar lainnya. Kepala Departemen Bisnis Administrasi Fakultas Ilmu Ekonomi dan Manajemen International Islamic University Malaysia, Ahamed Kameel Mydin Meera, dalam bukunya yang berjudul The Islamic Gold Dinar setidaknya menyebutkan bahwa ada tujuh dampak positif dengan menggunakan mata uang dinar emas.
Namun, dari sekian banyak macam alat tukar, emas dan perak memiliki banyak keunggulan dibandingkan alat tukar lainnya. Kepala Departemen Bisnis Administrasi Fakultas Ilmu Ekonomi dan Manajemen International Islamic University Malaysia, Ahamed Kameel Mydin Meera, dalam bukunya yang berjudul The Islamic Gold Dinar setidaknya menyebutkan bahwa ada tujuh dampak positif dengan menggunakan mata uang dinar emas.
Selain mata uang kertas yang dikenal saat ini, sejumlah komoditas, seperti emas, perak, beras, gandum, dan terigu, bisa juga dipakai sebagai alat tukar sepanjang diterima oleh masyarakat.
Emas dan Perak dalam Perspektif Islam | PT Solid Gold Berjangka Cabang Makassar
Pemakaian emas sebagai mata uang adalah hal yang realistis karena emas tersedia secara cukup untuk seluruh umat manusia. Laju pertumbuhan emas berkisar 1.5%–4.0% pertahun, sementara pertambahan jumlah penduduk dunia hanya sekitar 1.2% pertahun (www.jurnal ekonomi.org). Emas menjadi tidak cukup digunakan sebagai uang jika ada yang menimbunnya. Inilah mengapa Allah SWT sangat mengancam orang-orang yang menimbun emas (QS at-Taubah [9]: 34-35).
Dalam analisis Syaikh Abdul Qadim Zallum, emas yang ada di negeri-negeri Islam, yang tersimpan di berbagai bank dan berbagai tempat penyimpanan, sangat mencukupi jika Negara Khilafah memberlakukan kembali mata uang emas. Apalagi jumlah perak yang ada di negeri-negeri Islam juga sangat besar sehingga memudahkan Negara Khilafah kembali kepada mata uang emas dan perak.
Agenda para ulama dan pejuang syariah ke depan tentunya adalah memahamkan berbagai kalangan, utamanya para birokrat dan militer, bahwa penerapan syariat secara kaffah adalah kebutuhan dan solusi yang solutif terutama dalam ekonomi dan Politik. Dan itu membutuhkan negara syar’i sebagaimana yang dikabarkan nabi SAW, yakni Khilafah Rasyidah.
Emas semestinya dikembalikan ke posisi terhormat sebagai mata uang dunia. Emas semestinya menjadi alat pembayaran universal (universal money) karena ia bisa digunakan dimana pun, dan diterima sebagai alat pembayaran.
Bagi pihak yang meragukan keandalan emas sebagai media alat tukar (exchange currency) dengan alasan emas juga bisa menjadi obyek manipulasi, hal ini bisa ditampik dengan argumen bahwa tidak mudah memanipulasi emas seperti halnya komoditi yang lain. Tidak ada seorang pun yang mau menjual emas di bawah harga pasar emas. Apalagi tidak ada celah sedikitpun untuk menimbun emas dalam wilayah Daulah Khilafah. Islam memberikan sanksi yang keras bagi pihak yang berani melakukan itu.
Salah satu kekhasan Sistem Ekonomi Islam sekaligus keunggulannya dibandingkan dengan sistem ekonomi kapitalis sekarang ini adalah penggunaan emas dan perak sebagai mata uang atau alat tukar.
Penggunaan dinar emas dan dirham perak sebagai mata uang ini telah berlangsung sejak sebelum nabi Muhammad SAW, namun oleh Allah disyariatkan sebagai mata uang, dan eksistensinya terus berlangsung hingga runtuhnya Khilafah tahun 1924.
Berbeda dengan menabung (saving), yang dalam bahasa arab disebut Idkhar, yaitu menyimpan harta untuk tujuan tertentu, misalnya untuk naik haji, membeli rumah, kendaraan, dan lain-lain, yang pada waktu tertentu akan dikeluarkan/dibelanjakan, maka menabung dibolehkan oleh syariat.
Perdagangan emas dan perak juga tidak boleh kredit namun harus cash alias kontan, karena akan terjadi riba, suatu praktek ekonomi yang diharamkan dalam islam.
Bagaimana jika simpanan tidak berupa fisik emas dan perak, karena sekarang mata uang yang berlaku bukan dinar dirham?, maka menurut Syeikh Taqiyuddin An Nabhani dalam Kitab Nidzomul Iqtishody Fil Islam, standar penghitungan zakat nuqud (mata uang) mengikuti standar mana dari emas dan perak yang terpenuhi lebih dahulu. Tentu saat ini bagi pemilik simpanan uang yang sudah mencapai minimal Rp 7.140.000, sudah wajib dizakati.
Sistem Islam sangat memperhatikan keadilan, kebersamaan dan kepedulian. Oleh karenanya islam mensyariatkan bagi para aghiya (orang kaya) untuk berbagi dan peduli terhadap sesama, melalui mekanisme zakat.
Terkait dengan zakat harta jika berupa emas dan perak, maka islam memberi ketentuan, yakni jika emas tersimpan selama 1 tahun dan jumlahnya minimal 20 dinar alias 85 gram, maka wajib dikeluarkan zakatnya sebanyak 2,5 persen, diberikan kepada 8 ashnaf (golongan penerima zakat).
Jika sekarang harga emas Rp 590 ribu per gram, maka jika seseorang menyimpan harta sebanyak 50.150.000, maka wajib baginya mengeluarkan zakat sebesar Rp 1.253.750. Suatu jumlah yang relatif sedikit dibandingkan jumlah harta tersebut. Jika hartanya diatas jumlah tersebut, maka zakatnya dikeluarkan 2,5 persen dari jumlah hartanya.
Adapun nishab zakat perak sebagaimana disebutkan dalam beberapa hadits adalah jika harta sudah mencapai minimal senilai 200 dirham alias setara berat 595 gram perak. Maka dikeluarkan 2,5 persen sebagai zakat. Jika kurs perak per gram Rp 12 ribu, berarti harta yang mencapai Rp 7.140.000, maka wajib dikeluarkan zakatnya sebesar Rp.178.500.
Terkait dengan kegunaan emas dan perak yang urgen dalam kehidupan manusia, maka Allah telah menyediakannya dalam jumlah yang terbatas namun cukup kebutuhan manusia. Adapun ketersediaan emas di Indonesia, ternyata Indonesia termasuk negara dengan Cadangan Emas Nomor Dua Dunia. Sayangnya yang mendapat keuntungan besar tersebut bukan rakyat Indonesia, Namun Kapitalis Asing, terutama PT Freeport.
Ketersediaan emas di Indonesia tergolong besar. Forbes Internasional merilis, di Indonesia tahun 2015, terjadi peningkatan sebanyak 20 persen.Tak hanya Indonesia, keseluruhan produksi emas dari 10 negara terbaik yang memiliki tambang emas mengalami peningkatan produksi sebanyak 1,8 persen menjadi 3.211 ton per tahun. Freeport yang memiliki dua kawah besar tambah emas dan tembaga ini pada tahun 2014 bisa memproduksi 38.8 persen dari total produksi tambang dunia.
Sedangkan di tahun 2015 mencapai angka 42.3 persen. Indonesia menduduki posisi kedua merupakan tambang emas terbanyak dalam segi produksi, berada dibawah Uzbekistan dengan total produksi hingga 61 persen.
Sedangkan negara lainnya seperti Australia, Papua Nugini, dan Meksiko berada dibawah Indonesia. Negara lain seperti Amerika dan Peru menduduki posisi nomer enam dan nomer lima. Sedangkan Peru menduduki posisi nomer tujuh. (republika.co.id, 5/6/2016)
Islam mengatur kegunaan perhiasan emas hanya untuk para perempuan, adapun untuk para lelaki, nabi melarang dalam beberapa hadits. Setidaknya ada 8 hadits shahih mu’tabar yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Imam Muslim dan Imam Ahmad terkait larangan tersebut, bersamaan dengan pelarangan menggunakan bejana (wadah minuman) dari perak, pemakaian kain sutera bagi lelaki.
Diantara hadits-hadits tersebut adalah yang diriwayatkan dari al-Barra' bin Azib berkata, "Nabi SAW memerintahkan kami dengan tujuh perkara dan melarang kami dengan tujuh perkara. Beliau menyuruh kami untuk mengiringi jenazah, menjenguk orang sakit, memenuhi undangan, menolong orang yang teraniaya, membenarkan sumpah, menjawab salam dan mengucapkan tasymit atas orang-orang bersin.
Beliau melarang kami memakai bejana perak, cincin emas, dan kain sutra”. (HR Bukhari dan Muslim).
Emas dan perak adalah jenis logam mulia yang banyak perdagangkan baik untuk perhiasan, mahar pernikahan, souvenir, simpanan investasi dan lain-lain. Terutama emas, termasuk logam mulia yang memiliki potensi dan posisi penting dalam perekonomian suatu bangsa.
Sebagai perhiasan, emas merupakan logam mulia menjadi idaman yang banyak dikoleksi terutama oleh para wanita, selain mempercantik, menambah daya tarik dan menambah sempurna penampilan, mengenakan perhiasan juga menambah prestise bagi pemakainya. Hanya saja khusus untuk laki-laki, ada hadits larangan untuk memakai perhiasan emas.
Sebagai harta simpanan, emas juga adalah jenis barang perdagangan yang menguntungkan, terutama untuk investasi jangka panjang. Harga emas terutama jenis logam mulia (LM) atau emas batangan, walaupun ada fluktuasi harga, namun trennya cenderung meningkat (Sumatera Ekspres, Rabu1/1/2017).
Keunggulan emas dibandingkan investasi tanah atau property, dari segi kepraktisan dan juga kemudahan dalam menjual kembali. Terkait dengan emas sebagai harta, maka islam mengatur tentang hukum seputar perdagangan emas dan perak, serta kewajiban zakatnya.
Satu fungsi emas (juga perak) yang sebenarnya sangat penting dalam sistem perekonomian, namun
saat ini tidak eksis, adalah emas dan perak sebagai mata uang atau alat tukar. Dan perhatian islam terhadap fungsi emas sebagai alat tukar ini telah dibuktikan dalam sejarah penerapan islam dalam rentang 1.300 tahun, yang mampu menyejahterakan umat manusia, anti inflasi dan menciptakan stabilitas ekonomi.